Banyak orang menganggap putus-sambung dalam hubungan adalah hal biasa. Padahal, itu bisa menjadi pertanda bahwa hubungan rawan konflik dan memiliki risiko kekerasan.
Lewat suatu penelitian, Profesor Rene Dailey dari University of Texas mengungkap, lebih dari 60 persen pria dan wanita telah melalui hubungan putus-sambung. Sekitar 40 persennya sedang mengalaminya dengan pasangan yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan, pasangan yang sering putus-sambung cenderung memiliki konflik tak berkesudahan, hubungan penuh kritik pedas, serangan verbal dan komunikasi yang agresif. Dibandingkan dengan dibandingkan pasangan yang tidak pernah mengalami putus-sambung, tingkat keraguan, dan risiko depresi juga lebih tinggi.
“Putus-sambung seperti kemenangan dari sebuah harapan. Orang tidak mudah menyerah ketika menghadapi masalah dalam hubungan. Seringkali mereka merasa ada investasi besar yang dipertaruhkan, dan merasa 'aku sudah mempertahankannya bertahun-tahun, aku mungkin bisa melihat usaha ini akan berakhir baik'," kata Dr. Helen McGrath, psikolog dari Deakin University.
Hal itu ditambah perasaan tidak nyaman ketika yang biasanya memiliki status berpasangan dan kini menjadi lajang. Agar Anda tidak terjebak dalam kebiasaan putus-sambung dalam hubungan, pertimbangkan beberapa hal penting.
Mengalami sekali periode putus lalu kembali menjalin hubungan dengan mantan pasangan, mungkin tidak masalah. Itu seperti keberhasilan Anda dan pasangan 'bernegosiasi'. Tetapi jika dilakukan lebih dari tiga kali, tampaknya hubungan mulai tidak sehat. Itu pertanda Anda dan dia tidak bisa menyelesaikan masalah secara tuntas. Konflik pun menjadi berulang dan berkepanjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar